Peristiwa banjir di Jakarta tidak hanya menyisakan pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintah daerah dan pusat, terdapat juga beberapa kejadian yang sangat ironis mengenai sikap para pengungsi dalam menyambut bantuan kemanusiaan yang datang.
Beberapa warga yang menjadi donatur bantuan tidak habis pikir mengapa banyak pengungsi yang bersikap menolak bantuan makanan hanya karena tidak selera ataupun bosan. Selain itu banyak juga bantuan pakaian pantas yang terbengkalai karena tidak digunakan oleh para pengungsi.
“Ketika kami datang bawa nasi kotak, korban banjir tanya lauknya apa. Mereka terlihat tidak berkenan dengan lauk-pauk dan nasi dari kami. Sumbangan kami tidak disentuh,” tutur Sartono warga Cipinang, Jakarta Timur, yang menjamin nasi serta lauk dari mereka terjamin rasa dan kualitas gizinya.
Bahkan Ratih, warga Sentul, Bogor, yang kebetulan berada di sekitar Cawang menceritakan betapa dirinya terkejut menyaksikan beberapa korban banjir membuang nasi dan lauk-pauk yang diambilnya dari dapur umum di posko dinas sosial di kawasan itu.
”Dia ambil terus dimakan sedikit, lalu dibuang juga di dekat posko itu semuanya. Gila, sudah tidak dimakan, buang sembarangan. Makanan yang dibuang menumpuk, lho. Berarti banyak yang perilakunya seperti itu. Nanti yang membersihkan relawan di situ juga. Parah banget,” ungkapnya.
Lebih daripada tugas pemerintah daerah untuk mengurusi distribusi bantuan agar tertib dan merata, perlu dihimbau dan disosialisasikan juga agar para pengungsi dapat setidaknya menghargai dan tidak bertingkah dalam menyambut segala bantuan. Karena peristiwa banjir di Jakarta adalah tanggung jawab bersama, yaitu pemerintah, warga, termasuk juga korban yang kebanjiran.
Baca Juga Artikel Lainnya: